Kartini adalah potret tragis perempuan di awal abad ke-20, ketika harkat perempuan hanya dimaknai kanca wingking yang berkutat di sumur, dapur dan kasur. Riwayat hidupnya menggambarkan penderitaan perempuan Jawa yang terpasung dalam tembok tradisi dan adat istiadat masyarakat feodal-patriarki Jawa yang begitu angkuh dan kukuh serta membatasi ruan gerak mereka. Misalnya, pelarangan belajar, adanya pingitan, hingga harus siap dipoligami oleh suami dengan dalih berbakti.
Bagaimana kisah lengkap Kartini memperjuangkan nasib perempuan supaya dapat mengaktualisasi diri secara penuh melalui pendidikan? Bagaimana Kartini menyikapi tradisi diskriminatif terhadap ibundanya, yang akhirnya menjadi takdirnya juga di kemudian hari? Terlepas dari pertanyaan itu, dengan merefleksikan semangat dan pemikiran Kartini sebagaimana yang tertuang dalam buku ini, kita bisa meneruskan perjuangannya untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan, tentunya sesuai dengan kapasitas dan potensi kita masing-masing.