Marah Rusli adalah contoh sastrawan besar Indonesia yang benar-benar melampaui zamannya. Ia terus hidup, bersama keindahan cinta Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri, bersama kenangan dan kebencian orang-orang terhadap peringai Datuk Meringgih yang licik, akan tetapi sekaligus memesona.
Berkali-kali buku Sitti Nurbaya dibaca, berkali-kali pula ditemukan keindahan yang berbeda. Berkali-kali novel ini diperbincangkan, berkali-kali pula ditemukan misteri yang tak sama. Benarkah Samsul Bahri adalah tokoh yang baik? Mengapa Datuk Meringgih yang digambarkan jahat pada akhir cerita menjadi patriot yang membela tanah air, dan kemudian wafat dengan darah membasahi Ibu Pertiwi? Siapakah sesungguhnya yang menjadi pahlawan?
Inilah novel tentang cinta yang indah, tentang patriotisme, dan tentang perjuangan nilai-nilai kemanusiaan yang selalu ada pada tiap zaman. Karena itulah, novel ini menjadi abadi.
(Joni Ariadinata, redaktur Majalah Horison)
Apabila kita membaca kembali novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli maka sangat boleh jadi kita akan menemukan makna-makna baru.