Awalnya, dia hanya sebatas imajinasi yang selalu aku tebalkan dengan doa di tiap-tiap garisnya agar terlihat semakin nyata. Sungguh, aku malu pada Allah yang mempertemukan aku dengannya. Di batas penantianku, aku hanyalah perempuan penuh kekeliruan dalam memahami cinta. Sebab, kebodohan, ketidakmauan, dan kehinaan diri yang kerap menutup mata hati untuk menyadari bahwa tak ada keberkahan cinta yang nyata selain dari-Mu ya Rabb. Dengannya, kiniā¦ aku kembali mendayung perahu kehidupan dengan dayung keimanan menuju ridha-Mu. Entah, akan berlabuh di mana