Di tengah ruang-ruang yang makin tak gratis dan publik yang kian kerontang, puisi bukan hanya kian langka tapi memang ia harus mati lantaran mengabaikan ranah tempat tumbuhnya daya-daya puitik. Untunglah Jabaril bukan jenis penyair yang lagaknya seperti jagoan jadul yang memajang puisi layaknya batu akik nan tak terpermanai. (Setiaji Purnasatmoko)
Temuan bahasa ungkap, dalam hal ini menjadi ’puisi’ tak semudah menggunakan bahasa baku keseharian, walau kemudian dalam penggunaannya masih meminjam istilah bahasa baku. Tetapi padanya, ’puisi’ mempunyai imajinasi atau gambaran yang cukup menarik, sehingga ’puisi’ mampu memberikan pengayaan tafsir sebagai fenomena estetik itu sendiri. Pada inilah ketertarikan saya untuk menulis puisi. (Rahmat Jabaril)
Judul Buku : TERUSIR
Sub Judul : kumpulan cerpen
Penulis : Rahmat Jabaril
Kategori : cerpen / sastra
Tahun : 2008
ISBN : 978-602-8331-03-6
Halaman : xiv + 134
Penerbit : Ultimus Bandung
Harga Normal : Rp20.000
Kumpulan cerpen yang ditulis oleh Rahmat Jabaril ini mendokumentasi realitas bahwa di balik semua kemajuan-kemajuan ekonomi dan pembangunan fisik yang terjadi di kota Bandung, ada kepedihan. Realitas ini diungkapkan dengan gaya khas Rahmat Jabaril, yang dikenal sebagai seorang jujur dan pemberani. Rahmat Jabaril masih mau berbicara lantang ketika hampir semua orang jenuh atau merasa tidak lagi pantas berteriak. Di zaman reformasi saat ini, bukankah pendekatan partnership dianggap lebih tepat ketimbang pendekatan konfrontatif? Sayangnya orang sering lupa bahwa pendekatan kemitraan hanya bisa efektif manakala ada kesetaraan posisi tawar antara berbagai pihak yang bermitra.
Rahmat Jabaril selama ini memang lebih dikenal sebagai pelukis, penyair, dan pemain teater. Menuliskan kumpulan cerpen memberinya kesempatan untuk mengungkapkan suatu situasi dari perspektif mereka yang mengalami. Ini adalah cara yang diambilnya untuk mengampa-nyekan suatu pembaruan dalam proses pemanfaatan sumber daya ruang di kota Bandung yang lebih bertanggung jawab dan berkeadilan.
Peristiwa dan situasi yang digambarkan dalam cerpen-cerpen Rahmat Jabaril adalah suatu peringatan bagi para petinggi di kota Bandung maupun daerah-daerah perkotaan lain di Indonesia. Keterbukaan dan kemudahan atas nama globalisasi dan pengembangan iklim usaha telah membuat kepentingan ekonomi menjadi lebih berkuasa. Karenanya, peran pemerintah dan para perencana kota menjadi semakin penting, untuk menjamin bahwa segala keputusan strategis yang tersangkut dengan ruang kota dibuat setelah mendengarkan beragam suara dari warga biasa dan mereka yang miskin.